RALEIGH - Pernikahan, perselisihan, dan perceraian ternyata tidak hanya terjadi pada manusia, tetapi juga pada burung. Peneliti mengungkap bahwa dalam cuaca yang tak pasti, burung menjadi lebih tidak setia.
"Kondisi lingkungan membantu membentuk keputusan reproduksi yang luar biasa personal dan aneh," kata Carlos A Botero, peneliti dari North Carolina State University di Raleigh, AS.
Temuan tersebut setelah para peneliti mengobservasi perilaku reproduksi beragam jenis burung seperti angsa, elang, camar, dan burung layang-layang. Hasilnya dilaporkan di jurnal PloS ONE, pekan lalu.
Dalam penelitian, ketidaksetiaan diukur dari jumlah DNA orang tua yang terdapat pada anakan di satu sarang. Sementara, perceraian diukur dari jumlah pasangan burung yang berpisah.
Botero dan rekan penelitinya, Dustin R Rubenstein dari Columbia University, seperti diberitakan the New York Times, Senin (20/2/2012), mengungkapkan bahwa cuaca tak pasti meningkatkan ketidaksetiaan.
Pada saat musim hujan, ada banyak buah yang bijinya bisa dimakan burung. Betina cenderung mencari pejantan yang punya paruh kecil sehingga mampu mengambil biji di dalam buah. Namun, saat musim kering, hanya biji yang relatif keras yang tersedia. Dalam kondisi itu, burung dengan paruh kuat dan besar lebih diminati.
Peneliti percaya, dalam cuaca yang tak pasti dan perubahan iklim, burung menjadi semakin selektif. Akibatnya, perselisihan, ketidaksetiaan dan perceraian makin sering terjadi.