Menantang
maut, mungkin ungkapan ini cocok untuk para siswa SD di Kampung Waru,
Desa Sangiangtanjung, Kec. Kalanganyar, Kab. Lebak, Banten. Sebab untuk
pergi dan pulang sekolah mereka harus melintasi sebuah jembatan gantung
yang miring karena talinya putus.
Tiga murid SD Negeri 02 Sangiangtanjung meniti jembatan miring saat
menyebrangi Sungai Ciberang menuju rumah mereka, Selasa (17/1).
Kurangnya perhatian Pemda terhadap insfrastruktur di desa ini membuat
anak-anak ini bak menantang maut ketika pergi dan pulang sekolah.
Sofiah dan kawan-kawannya mesti bertaruh nyawa untuk bersekolah. Salah
melangkah, byuur! Deras arus Sungai Ciberang, Lebak, Banten bisa
merenggut hidup mereka. Setiap pagi, Sofiah mesti berjuang untuk
bersekolah di SD Negeri 02 Sanghiang Tanjung.
Seperti dikutip Reuters Kamis (19/1/2012), Sofiah mengaku harus menempuh
waktu 30 menit lebih lama bila ingin melintasi jembatan yang lain.
Pastinya, dia akan berjalan lebih jauh dan telat ke sekolah.
Karena itu, salah satu syarat utama bagi para siswa SD itu untuk
melintas di jembatan itu, yakni harus bisa berenang. Bila tidak, jangan
coba-coba melintas di jembatan 'maut' itu.
Menurut Kepala Desa Sanghiang Tanjung Epi Sopian, banjir mengakibatkan
kerusakan parah pada jembatan itu . Jembatan itu dibangun pada 2001 dan
hancur saat diterjang banjir besar beberapa waktu lalu.
Hanya murid yang bisa berenang saja yang berani meniti jembatan yang
putus sebelah itu. Sedang yang tidak bisa berenang harus memutar sejauh 6
kilometer