Mereka juga diketahui masih berkerabat dengan hewan laut transparan
lainnya, kupu-kupu laut (sea butterfly) dan kedua jenis itu sering
dianggap sebagai jenis yg sama. Masih belum banyak yg diketahui soal
hewan ini. Hal yg sudah diketahui para ilmuwan di antaranya adalah hewan
ini karnivora alias memakan daging. Makanannya bervariasi, namun
umumnya mereka hidup dengan memakan zooplankton, baik secara aktif
maupun pasif. Jenis lainnya hidup dengan memakan “saudara” mereka
sendiri, kupu-kupu laut.
Untuk bertahan, mereka mengeluarkan semacam zat kimia khusus yg hingga kini masih dipelajari para ahli. Bidadari laut – layaknya invertebrata laut dingin lainnya – sangatlah rapuh; tubuh mereka akan hancur & terurai pada suhu di atas 10 derajat Celcius (walaupun ada jenis bidadari laut yg hidup di perairan lebih hangat namun populasinya jauh lebih jarang).
Hal yg agak mengejutkan soal hewan ini
adalah, mereka digolongkan para ahli masih satu kerabat dengan siput
(Gastropoda) walaupun penampilan mereka kelihatannya sama sekali
berbeda. Dasar penggolongan mereka adalah mereka memiliki mulut dipenuhi
gigi radula & sepasang tentakel kecil di kepalanya seperti yg
dimiliki siput.
Dan seperti siput, mereka juga
hermafrodit & bedanya dengan siput, mereka bisa melakukan pembuahan
sendiri. Telur-telur yg sudah dibuahi kemudian dilapisi semacam gelatin
sebagai pelindung sekaligus untuk menjaganya agar tetap mengapung.
Kasarnya, mereka adalah jenis lain dari siput laut tak bercangkang
Para ahli belum tahu persis peran utama
mereka dalam rantai makanan, namun mereka yakin hewan ini selain hidup
sebagai filter feeder juga menjadi mangsa bagi hewan-hewan kutub lain
seperti anjing laut dan penguin.
Ancaman terbesar justru (lagi-lagi) dari
manusia, terutama oleh perusakan lingkungan. Tingkat keasaman laut yg
semakin bertambah – terutama dari kapal-kapal penangkap ikan – mengancam
populasi hewan ini. Plus, karena mereka sangat rapuh, suhu laut yg
makin hangat akibat pemanasan global dikhawatirkan bisa memusnahkan
keberadaan mereka di bumi. Berharap saja salah satu “harta karun” laut paling unik ini bisa tetap eksis.